0.05%

#1Bahasa Indonesia: Bab 1 Prolog: Padang Belantara yang Luas

Bahasa Indonesia: Saat itu sudah larut malam, gelap gulita dan tidak ada apa pun yang dapat dilihat. Namun, gunung-gunung tidak tenang. Binatang buas meraung, mengguncang gunung-gunung dan sungai-sungai. Pohon-pohon bergetar dan daun-daun berguguran.

Di antara gunung-gunung dan lembah-lembah, binatang-binatang buas berkeliaran dengan liar, spesies-spesies purba bermunculan, dan segala macam suara mengerikan terdengar dan terdengar dalam kegelapan, seakan-akan hendak membelah dunia.

Di pegunungan, cahaya lembut dapat terlihat dari kejauhan. Di tengah kegelapan malam yang tak berujung, cahaya itu seperti lilin yang berkedip-kedip di antara pegunungan, yang dapat padam kapan saja.

Saat kami mendekat, kami dapat melihat dengan jelas separuh pohon besar yang telah mati di sana. Batangnya berdiameter lebih dari sepuluh meter dan hangus terbakar. Selain setengah dari batang utama, hanya tersisa satu cabang yang lemah, tetapi memancarkan vitalitas. Cabang-cabang dan daun-daunnya bening seperti batu giok hijau, dan cahaya lembut menyebar, meliputi seluruh desa.

Tepatnya, ini adalah pohon yang tersambar petir. Bertahun-tahun yang lalu, pohon ini tersambar petir hingga mencapai langit, dan mahkota besar serta vitalitas pohon willow tua itu hancur. Sekarang, hanya tersisa tunggul setinggi delapan atau sembilan meter di tanah, yang ternyata tebal sekali. Satu-satunya cabang pohon willow seperti rantai hijau ilahi, dengan lingkaran cahaya yang menutupi dan melindungi seluruh desa, membuat tempat ini penuh dengan orang. Tanahnya berkabut, bagaikan negeri dongeng, tampak sangat misterius di alam liar ini.

Setiap rumah tangga di desa ini dibangun di rumah batu. Di tengah malam, suasana di sini tenang dan damai, seolah-olah terisolasi dari kegelapan dan auman binatang buas di luar.

"Merayu…"

Hembusan angin bertiup, dan awan gelap besar muncul di langit, menutupi seluruh langit malam dan menghalangi satu-satunya cahaya bintang, membuat gunung-gunung semakin gelap.

Suara burung yang ganas terdengar dari langit, menembus emas dan membelah batu. Ternyata itu adalah seekor burung raksasa dengan ukuran yang luar biasa, menutupi langit dan bulan, dan panjangnya entah berapa mil.

Melewati Desa Shi, burung itu menunduk, matanya seperti dua bulan darah, penuh dengan niat membunuh. Ia menatap pohon willow tua itu sebentar, dan akhirnya terbang ke bagian terdalam pegunungan.

Suasana hening cukup lama, hingga menjelang tengah malam, bumi mulai bergetar dan sesosok tubuh samar muncul dari kejauhan, setinggi gunung!

Aura yang tidak dapat dijelaskan menyelimuti udara, dan gunung-gunung serta lembah-lembah menjadi sunyi senyap. Semua burung dan binatang buas berbaring diam, tidak berani mengeluarkan suara sedikit pun.

Saat semakin dekat, aku melihat makhluk berwujud manusia. Ia berjalan tegak, sangat besar, setinggi gunung, tidak berbulu, dan ditutupi sisik emas yang berkilauan. Wajahnya sangat datar, hanya memiliki satu mata vertikal, yang membuka dan menutup seperti kilatan petir keemasan, tajam dan menakutkan. Seluruh tubuhnya dipenuhi darah dan energi seperti laut, seperti dewa atau iblis!

Ia melewati tempat ini, melihat pohon willow tua, dan setelah berhenti beberapa saat, ia tampak terburu-buru untuk melanjutkan perjalanan, dan akhirnya pergi dengan cepat. Banyak puncak gunung bergemuruh karena langkah kakinya, dan gunung-gunung bergetar. dengan keras.

Saat fajar menyingsing, seekor kelabang sepanjang sepuluh meter, setebal ember, dan bercahaya keperakan sedang berkelok-kelok melewati pegunungan. Kelihatannya kelabang itu terbuat dari perak, setiap bagiannya berkilau dan mengerikan. Kelabang itu mengeluarkan suara berdenting dan percikan api beterbangan saat ia tergores di bebatuan. Namun pada akhirnya ia menghindari Desa Shi dan tidak menyerbu. Ke mana pun ia lewat, kabut hitam bergulung dan semua binatang buas mundur.

Sebuah dahan pohon willow yang lembut memancarkan cahaya hijau cemerlang, bergoyang lembut tertiup angin...

Try Our new Reader! Click Here